Tangisan Embun
Sekilas Tentang Pengertian Embun
NusantaraBerpuisi - Keluarnya embun, biasa terjadi pada waktu setelah hujan atau saat pagi hari sebelum terbitnya matahari yang panas. Namun sebelum menuju judul puisi Tangisan Embun, mari sejenak kita mengenali terlebih dahulu tentang embun. Embun merupakan uap air yang mengalami proses pengembunan, yaitu sebuah proses perubahan dari gas menjadi cairan. Embun biasanya pada saat pagi hari pada sela-sela kaca jendela atau juga pada balik daun.
Di dalam agama Islam, embun digolongkan sebagai air yang suci pun menyucikan, artinya, air embun itu sah digunakan untuk berwudu bersama salju, air danau, maupun air sungai.
Nah ... berbincang tentang embun dan matahari, tentu saja tidak ada salahnya kalau kita simak puisi berikut ini.
Bersama hadirnya sang mentari
Kutemukan ia pada selembar daun
Sembari terpana menyaksikan sisa-sisa
Hati menuai tanya
Sampai kapankah ia akan kuat?
Memegang daun itu dengan erat
Apakah ia mampu bertahan?
Sedangkan embusan bayu selalu menggoyahkan
Sungguh! Aku tiada kuasa
Menyaksikan tiupan bayu melepas genggamannya
Hingga ia jatuh ke bumi tandus
Habis terisap tanah rakus
Lalu terpancar sinar sang surya
Hingga ia lenyap tiada sisa
Dan aku dibuatnya merasa iba
NusantaraBerpuisi - Keluarnya embun, biasa terjadi pada waktu setelah hujan atau saat pagi hari sebelum terbitnya matahari yang panas. Namun sebelum menuju judul puisi Tangisan Embun, mari sejenak kita mengenali terlebih dahulu tentang embun. Embun merupakan uap air yang mengalami proses pengembunan, yaitu sebuah proses perubahan dari gas menjadi cairan. Embun biasanya pada saat pagi hari pada sela-sela kaca jendela atau juga pada balik daun.
Di dalam agama Islam, embun digolongkan sebagai air yang suci pun menyucikan, artinya, air embun itu sah digunakan untuk berwudu bersama salju, air danau, maupun air sungai.
Nah ... berbincang tentang embun dan matahari, tentu saja tidak ada salahnya kalau kita simak puisi berikut ini.
TANGISAN EMBUN
Karya: Adi Taufik, S.Pd
(Ridho An Nidzar)
Fajar dan waktu subuh telah berjabat
Menggugah jiwa umat
Kubuka mata menyambut pagiKarya: Adi Taufik, S.Pd
(Ridho An Nidzar)
Fajar dan waktu subuh telah berjabat
Menggugah jiwa umat
Bersama hadirnya sang mentari
Kutemukan ia pada selembar daun
Menetes ke bumi sadarkan lamun
Sembari terpana menyaksikan sisa-sisa
Hati menuai tanya
Sampai kapankah ia akan kuat?
Memegang daun itu dengan erat
Apakah ia mampu bertahan?
Sedangkan embusan bayu selalu menggoyahkan
Oh ....
Menyaksikan tiupan bayu melepas genggamannya
Hingga ia jatuh ke bumi tandus
Habis terisap tanah rakus
Lalu terpancar sinar sang surya
Hingga ia lenyap tiada sisa
Dan aku dibuatnya merasa iba
Menyaksikan tangisan embun pada daunnya
Aku suka banget
ReplyDeleteTerima kasih
Deleteaku suka banget
ReplyDelete