Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Bedah Puisi Pesan Dari Telaga

NusantaraBerpuisi - Bedah Puisi Pesan Dari Telaga   Sastra itu sudah ada sejak dulu, dan kita pasti tahu Chairil Anwar kan? Jadi jangan salah dong, kan Chairil Anwar juga puisi-puisinya juga punya tafsir, bukan hanya teks biasa yang disusun berbait.  Baca puisi dengan kata kiasan Tentang Ombak dan Karang  Puisi Itu Bahasa Jiwa Yang Tidak Dapat Kita Nilai Hanya Melalui Sebuah Logika

NusantaraBerpuisiBedah Puisi Pesan Dari Telaga

  Sastra itu sudah ada sejak dulu, dan kita pasti tahu Chairil Anwar kan?
Jadi jangan salah dong, kan Chairil Anwar juga puisi-puisinya juga punya tafsir, bukan hanya teks biasa yang disusun berbait.


Puisi Itu Bahasa Jiwa Yang Tidak Dapat Kita Nilai Hanya Melalui Sebuah Logika

Itulah salah satu cara membedah puisi Pesan Dari Telaga.

PESAN DARI TELAGA

Karya: Adi Taufik, S.Pd
           (Ridho An Nidzar)
Tema: Rindu di Ujung Senja

Warna keemasan telah pudar
Aku masih menatap rimbun belimbing
Ia adalah cahaya yang atapnya memayungi
Sembari menanti hujan bersama selimut jiwa

Biar saja angin lembut menyapa
Hadirnya membawa pesan dari telaga
Kalung suci masih melingkar di leherku

Meskipun warna sudah lusuh termakan waktu

Masa yang kunanti adalah bintang

Seteguh karang aku setia memandang
Tereja dalam bulatnya dua bola kecil
Merasuk hingga ruang terpencil

Rindu hampir meraih temu
Saat kidung merdu melanjutkan alunan langit
Masih terbuka ruang untuknya singgah

Agar kuasa-Nya tetap memberikan hal yang indah

Lampung, 11 Agustus 2019

uisi Itu Bahasa Jiwa Yang Tidak Dapat Kita Nilai Hanya Melalui Sebuah Logika  Itulah salah satu cara membedah puisi Pesan Dari Telaga. PESAN DARI TELAGA  Karya: Adi Taufik, S.Pd            (Ridho An Nidzar) Tema: Rindu di Ujung Senja  Warna keemasan telah pudar Aku masih menatap rimbun belimbing Ia adalah cahaya yang atapnya memayungi Sembari menanti hujan bersama selimut jiwa  Biar saja angin lembut menyapa Hadirnya membawa pesan dari telaga Kalung suci masih melingkar di leherku Meskipun warna sudah lusuh termakan waktu  Masa yang kunanti adalah bintang Seteguh karang aku setia memandang Tereja dalam bulatnya dua bola kecil Merasuk hingga ruang terpencil  Rindu hampir meraih temu Saat kidung merdu melanjutkan alunan langit Masih terbuka ruang untuknya singgah Agar kuasa-Nya tetap memberikan hal yang indah  Lampung, 11 Agustus 2019


Uraian Penulis

Oke deh, kita mulai saja untuk mengurai makna puisi yang tertulis di atas.

PESAN DARI TELAGA

Karya: Adi Taufik, S.Pd
            (Ridho An nidzar)
Tema: Rindu di Ujung Senja

Warna keemasan telah pudar
Aku masih menatap rimbun belimbing
Ia adalah cahaya yang atapnya memayungi
Sembari menanti hujan bersama selimut jiwa

Biar saja angin lembut menyapa
Hadirnya membawa pesan dari telaga
Kalung suci masih melingkar di leherku
Meskipun warna sudah lusuh termakan waktu

Masa yang kunanti adalah bintang
Seteguh karang aku setia memandang
Tereja dalam bulatnya dua bola kecil
Merasuk hingga ruang terpencil

Rindu hampir meraih temu
Saat kidung merdu melanjutkan alunan langit
Masih terbuka ruang untuknya singgah
Agar kuasa-Nya tetap memberikan hal yang indah

Lampung, 11 Agustus 2019

Mengilhami Makna Yang Terkait

Tema: Rindu di Ujung Senja
jika dilihat dari isi puisi, maka tema tersebut di artikan penulis dengan arti (sebuah pengharapan saat usia tua)
Judul: PESAN DARI TELAGA
Kembali diamati dari isi puisi, nilai yang terkandung dalam judul ini memiliki unsur keagamaan (bahasa isyarat yang dapat diketahuinya melalui kehidupan yang luas)


Bait 1

Warna keemasan telah pudar

(Begitu banyak masa indah yang telah dilewati, keemasan = matahari = siang = muda, di sini merupakan kiasan dari tema yang tertulis "keemasan telah pudar = Senja)
Aku masih menatap rimbun belimbing
(Dia masih bisa melihat dan merasakan manisnya iman rimbun belimbing / belimbing terdiri dari lima ruas/ melambangkan lima rukun Islam yang masih ia pupuk)
Ia adalah cahaya yang atapnya memayungi
(Sesungguhnya ada cahaya di balik iman yang dianugerahkan oleh Yang Maha Melindungi)
Sembari menanti hujan bersama selimut jiwa
(Betapa dia selalu rindu akan turunnya hikmah yang memberi ketenangan jiwa)

Bait 2

Biar saja angin lembut menyapa

(Dalam usianya yang sudah tua, ia masih bisa mengeja makna dari berbagai macam pesan kehidupan)
Hadirnya membawa pesan dari telaga
(Dianggapnya semua yang datang, adalah pesan yang begitu berharga, dari telaga = sumber pengetahuan yang sangat luas)
Kalung suci masih melingkar di leherku
(Kalung suci = sorban yang dia pakai)
Meskipun warna sudah lusuh termakan waktu
(Masih dia pakai, walaupun warnanya sudah pudar)

Bait 3

Masa yang kunanti adalah bintang

(Dari Tema = inilah hasil isyarat rindu=penantian, bintang keindahan malam)
Seteguh karang aku setia memandang
(Berapa kuatnya iman, sehingga ia dapat mengerti untuk memandang keindahan yang dihadiahkan melalui keimanan)
Tereja dalam bulatnya dua bola kecil
(Mata yang digunakan untuk melihat, dua bola kecil = kedua mata)
Merasuk hingga ruang terpencil
(Menyentuh, ruang terpencil = ruang hati)

Bait 4

Rindu hampir meraih temu

(Usia semakin bertambah, kemungkinan akan datang saat yang ditunggu / cahaya hati)
Saat kidung merdu melanjutkan alunan langit
(Kidung merdu = suara azan magrib setelah sampai di ujung senja)
Masih terbuka ruang untuknya singgah
(Ternyata dia masih bisa menikmati waktu, dan hatinya tetap terbuka untuk sebuah kebaikan)
Agar kuasa-Nya tetap memberikan hal yang indah
(Betapa ia berharap, semoga selalu dalam lindungan-Nya)

Lampung, 11 Agustus 2019

Kesimpulan Penulis

Puisi di atas sangat mendalam amanat yang disampaikan, namun tidak semua bisa tahu jika hanya sekilas membacanya saja.
Nilai sastra pada karya tersebut sangat tinggi, bukan sebatas teks biasa yang disusun berbait, melainkan dengan imaji yang sangat puitis.


Amanat yang dapat dipetik:

Jiwa yang mengingat Tuhan, dia akan selalu mendapat ketenangan, usianya diberkahi, dan pastinya akan selalu dilindungi.


Demikianlah bedah puisi dari saya, yang tentunya jika yang lebih senior membedahnya, tentu hasilnya akan lebih luas.
Jika ada kesalahan dan kekurangan, itulah kebodohan saya. Maka dari itu, saya minta maaf.

By: Adi Taufik, S.Pd

Baca juga contoh puisi kiasan:
  1. Contoh Puisi Kiasan Tentang Kehidupan
  2. Puisi Nyanyian Alam
  3. Sajak Kiasan Perahu Layar Sebagai Gambaran Pengemudi Arus Kehidupan
  4. Kiasan Sajak Ikan Teri Sebagai Salah Satu Contoh Puisi Satire
  5. Elegi Sebuah Puisi - Merupakan Contoh Puisi Berbahasa Konotasi
  6. Puisi Berbahasa Kiasan
  7. Puisi Kiasan Sarang-Sarang Lalat
  8. Bedah Puisi Meliputi Beberapa Tahap
  9. Puisi Religi Semilir Membujuk Cahaya
  10. Contoh dan Kumpulan Syair Dilengkapi dengan Materi Singkat Tentang Sejarah dan Pengertian Syair

Post a Comment for "Bedah Puisi Pesan Dari Telaga"