Puisi tentang Anak Asongan
Sepintas tentang Anak Asongan
NusantaraBerpuisi - Kita semua pasti sudah tidak asing lagi melihat dan mendengar istilah anak asongan yaitu seorang bocah kecil jadi pedagang asongan di jalanan kota. Tentu saja hal ini sudah tidak asing lagi bagi kita. Banyak bocah-bocah yang bolak-balik menawarkan dagangannya. Dari minuman ringan, gorengan, tapi yang paling sering kita lihat cemilan.
Karya: Adi Taufik, S.Pd
(Ridho An Nidzar)
Di sebuah persinggahan
Kududuk sejenak dalam kesendirian
Meredam lelah yang kurasakan
Berteman aksara yang kuuraikan
Entah angin apa
Yang mengalihkan kedua mata
Ada bayang bayang menjelma
Ke arah yang tidak jauh ia berada
Seorang bocah berpakaian kusut
Menelusuri lorong waktu yang ia jemput
Hanya demi sesuap nasi
Menggantungkan harapan di terik mentari
Uluran tangan para dermawan
Merupakan sebuah impian
Cukup sederhananya yang ia harapkan
Walau harus berteman dengan debu jalanan
Dialah itu
Salah satu dari jutaan bocah yang masih lugu
Yang tak dapat menikmati waktu
Lantaran orang tuanya yang tidak mampu
Ia hanya bisa tersenyum
Menatap buah yang telah ranum
Dia hanya bisa berhenti sejenak
Ketika senja mulai beranjak
Pakaian anak asongan yang sudah tampak lusuh dan sudah gak layak pakai masih saja dipakai. Hal ini dikarenakan mereka sadar diri, bahwa orang tua mereka tidak mampu membiayai ekonomi lebih-lebih untuk kebutuhan sekolah, meskipun saat ini sekolah itu sudah banyak yang gratis, tapi tentu saja bukan hanya soal sekolahnya saja yang jadi alasan. Dari sangu, buku dan sebagainya, tentu saja jadi alasan anak tersebut untuk tahu diri.
Ya, intinya kali ini saya akan suguhkan puisi sederhana tentang anak asongan yang membuat saya amat kasihan, gitu.
Baca puisi lain
IMPIAN YANG SEDERHANA
Karya: Adi Taufik, S.Pd
(Ridho An Nidzar)
Di sebuah persinggahan
Kududuk sejenak dalam kesendirian
Meredam lelah yang kurasakan
Berteman aksara yang kuuraikan
Entah angin apa
Yang mengalihkan kedua mata
Ada bayang bayang menjelma
Ke arah yang tidak jauh ia berada
Seorang bocah berpakaian kusut
Menelusuri lorong waktu yang ia jemput
Hanya demi sesuap nasi
Menggantungkan harapan di terik mentari
Uluran tangan para dermawan
Merupakan sebuah impian
Cukup sederhananya yang ia harapkan
Walau harus berteman dengan debu jalanan
Dialah itu
Salah satu dari jutaan bocah yang masih lugu
Yang tak dapat menikmati waktu
Lantaran orang tuanya yang tidak mampu
Ia hanya bisa tersenyum
Menatap buah yang telah ranum
Dia hanya bisa berhenti sejenak
Ketika senja mulai beranjak
Post a Comment for "Puisi tentang Anak Asongan"