Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Puisi Kepiluan Riak Prahara yang Bergulung Sebagai Ungkapan Liku-Liku Perjalanan Cinta yang Akhirnya Kandas

Puisi Kepiluan Riak Prahara yang Bergulung

Cinta Tak Lepas Dari Sebuah Dilema

NusantaraBerpuisi  - Riak prahara yang bergulung merupakan sebuah judul puisi yang mengisahkan tentang kepiluan dari jalinan sebuah percintaan yang telah pupus. Jalinan asmara selalu menghadirkan sebuah harapan indah. Akan tetapi tidak selalu harus sesuai dengan apa yang diinginkan oleh setiap individu yang sedang menjalani sebuah jalinan asmara.

Suka dan duka selalu bersama. Ya, itulah ungkapan yang sering dilontarkan, manakala hati sedang sepadan. Akan tetapi apabila badai prahara sudah mulai bertiup, antara berkelanjutan dan putus merupakan dua pilihan yang sama-sama berat. meskipun berat, namun salah satu harus dipilih.

Tak sedikit yang merasa kecewa, jika jalinan itu putus di tengah jalan. Sehingga menghadirkan sesal, kecewa dan sakit hati, sebagaimana yang tertulis dalam sebuah puisi berikut ini RIAK PRAHARA YANG BERGULUNG, merupakan sebuah ungkapan menggambarkan sebuah permasalahan yang sedang terjadi.

RIAK PRAHARA YANG BERGULUNG

Karya: Adi Taufik, S.Pd
            (Ridho An Nidzar)

Birunya lautan yang bergelombang
Kutatap ia kala senja mulai meremang
Menyisir butir-butir pasir tersingkir
Hanyut terbawa derasnya arus air

Dan pada irama derasnya sang ombak
Menyentak karang yang berdiri tegak
Di antara camar yang tengah melayang
Buih-buih menepis terseret gelombang

Aku berusaha membuka tabir tanya
Pada kegelisahan hati yang gulana
Yang menari pada perigi perasaan
Diiringi dengan merdunya nyanyian
Dari bahasa kalbu yang tak berbingkai
Menantikan asa yang tak kunjung sampai

Jika telaga hati mampu menampung
Akan rasa yang kini bernaung
Pastilah segenap makna cinta
Akan mampu menjabarkan kata

Oh, mungkinkah
Kelopak asmara dapat merekah
Kala ia diterpa rindu
Mengundang hasrat untuk bertemu
Kala binar mata tidak sendiri
Karena telah ada yang menemani

Tapi kini semua telah lepas
Pindah ke tangan yang tega merampas
Riak prahara bergulung memecah
Membuatku menggigil diguyur sampai basah
Oleh berjuta persoalan
Yang membuatku tunduk pada ketidakberdayaan

Irama waktu terus berdenting
Namun nestapa enggan berpaling
Padahal atas nama cinta
Selalu mengajarkan kejujuran bersikap rela

Ingin rasanya aku menjerit
Saat gejolak rindu menikam langit
Namun seakan bulan tidak percaya
Menyaksikan aku yang tak berdaya
Bintang pun berpaling ke arah lain

Bercengkerama dengan yang diingin

Lampung, 09 Juli 2021


Kesimpulan Penulis


Sedalam dan sehebat apa pun jalinan cinta yang sedang dijalani, apabila badai prahara sudah menyapa, antara bertahan dan putus menjadi pilihan yang sangat berat bagi salah satu pihak yang tersakiti. Sedangkan bagi pihak yang menyakiti, kemungkinan putus adalah pilihan yang diharapkan.

Semoga kita senantiasa mendapatkan cinta yang sejati sesuai dengan pilihan yang kita harapkan.

Aamiin ...

Post a Comment for "Puisi Kepiluan Riak Prahara yang Bergulung Sebagai Ungkapan Liku-Liku Perjalanan Cinta yang Akhirnya Kandas"